Hadits Tentang Allah Tidak Melihat Rupa dan Harta Kalian, Melainkan Hati dan Amal Kalian

Allah Hanya Melihat Hati dan Amal Kalian bukan Rupa Kalian

Allah SWT menegaskan bahwa Dia tidak menilai manusia berdasarkan penampilan fisik atau kekayaan mereka. Yang menjadi ukuran penilaian Allah adalah hati dan amal perbuatan yang dilakukan. Konsep ini memiliki implikasi yang mendalam dalam membentuk sikap dan perilaku umat Islam dalam berinteraksi dengan sesama manusia. 

Sumber : Pinterest

Dalam Kitab Shohih Muslim No 2564

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ 

Artinya :

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim).

Intisari Hadits :
Apa sesungguhnya substansi dari hadis di atas? Hadis tersebut ingin menunjukkan kepada kita perbedaan penting antara fisik dan amal. Tampilan fisik bersifat wahbi atau given. Allah memberikan kepada kita tanpa ada kemampuan kita untuk menolak atau memilih. Fisik adalah sesuatu yang telah Allah tulis dan takdirkan dalam ilmuNya di Lauh al-Mahfuz. Allah menetapkan kepada kita bentuk fisik kita, warna kulit kita, bahasa ibu kita, elok atau jelek rupa kita. Karena fisik bersifat pemberian maka tugas kita hanyalah mensyukuri, menjaga dan merawatnya. Kita dilarang mencela dan merusak pemberian tersebut. Dan karena pemberian juga maka kita tidak diminta pertanggung jawabannya. Untuk itu, hadis tersebut seakan ingin menegaskan bahwa Allah tidak melihat dan menilai dari segi fisik seseorang yang bersifat wahbi atau given. Berbeda halnya dengan niat dan amal. Dua hal terakhir ini bersifat kasbi atau upaya dan usaha manusia. Allah memberikan kita potensi untuk melakukan sesuatu namun keputusan untuk berbuat dan memanfaatkan potensi tersebut diserahkan kepada tiap orang. Ada yang dengan potensi tersebut digunakan untuk keburukan dan kejahatan namun ada juga yang memanfaatkannya dalam hal-hal positif dan kebaikan. Ada yang berbuat maksimal namun banyak pula yang mengabaikan potensi tersebut dengan tidak melakukan satu amal apapun dalam tiap lintas waktunya. Karena niat dan amal bersifat kasbi dan menjadi pilihan seseorang untuk melakukannya maka nilai orang terletak pada amalnya dan Allah menghitung dan menghisab seseorang berdasarkan amal tersebut.

Substansi hadis ini menjadi penting karena orang seringkali tertipu dan terlena dengan penampilan fisik. Tidak sedikit orang menilai bahwa tampan yang rupawan dan harta yang banyak menjadi ukuran kemuliaan seseorang sementara ia abai terhadap amal. Padahal kemuliaan dan nilai seseorang terletak pada seberapa amal perbuatan yang telah dilakukan. Bila amalnya baik maka ia menjadi kemuliaan baginya sedang bila amalnya buruk maka ia menjadi keburukan bagi orang tersebut. Dengan ini, kualitas dan nilai seseorang sangat ditentukan oleh amal yang ia lakukan. Bila kita memahami hadis ini maka kita tidak akan terjebak menilai seseorang hanya dari tampilan luar dan fisiknya. Di atas nilai fisik, untuk manusia, nilai amal baik lebih tinggi dan utama. (sumber : https://www.uin-antasari.ac.id/antara-fisik-dan-amal/) 

Ditulis Oleh :
Adinda Sabrina Salsabila - 1404623075

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADITS TENTANG LARANGAN MENCELA MAKANAN

Hadits Tentang Mencegah Kemungkaran

Hadits Tentang Membaca Surat At-Thur di Waktu Shalat Maghrib